MANIS KECUT JADI PENGAWAS UN 2015

Menjadi pengawas ujian nasional adalah hal baru bagi saya. Ini baru tahun pertama saya diamanahi tugas tersebut. Ada rasa waswas, takut salah, mengingat banyak cerita keruwetan ujian nasional yang disebabkan oleh pengawas ruang yang kurang teliti. Ya, mengawasi ujian bukan sekadar mengontrol kelas agar tidak ribut, namun juga memeriksa dengan cermat lembar jawab siswa agar tidak terjadi kesalahan sedikitpun, sebab sekolah yang saya awasi masih menggunakan cara manual alias paper based test (bukan ujian online).

Unfortunately, guru yang satu ruangan dengan saya juga masih baru pertama kali menjadi pengawas ujian nasional. Saya tambah khawatir saja sebab kami sama-sama belum berpengalaman. Dengan wajah serius kami bolak-balik membaca bundel prosedur operasional standard yang sudah disediakan. Meskipun sudah berkali-kali mengikuti sosialisasi POS UN 2015, kok ya tetap saja ada rasa bingung. Ya, kadang lincahnya teori tidak seindah ketika berhadapan langsung dengan masalah di lapangan. Ditambah lagi poin nomor 6 pada Pakta Integritas yang harus saya tandatangani membuat saya nggak rileks. Meski begitu, saya harus tetap berpura-pura tampil lucu untuk mencairkan suasana agar para siswa tidak tegang selama mengerjakan ujian.

Ujian siap dimulai. Hal pertama yang dilakukan adalah mengisi LJUN. Pengawas harus memastikan bahwa semua siswa mengisi secara tepat dan benar sesuai ketentuan. Konon, sesi inilah yang paling menantang dan menyeramkan, sebab keruwetan UN mayoritas berasal dari kesalahan mengisi LJUN. Tak jarang pengawas ruang akan turut menjalani pemeriksaan hingga tingkat pusat. Alhamdulillah, meski muncul beberapa salah paham, ruang kelas yang saya awasi melaksanakan UN dengan tertib dan lancar.