Minggu, 22 November 2015

MEMPLAGIASI KEBAIKAN BAPAK



Dr. Roekhan, M. Pd, begitu nama resminya. Beliau adalah dosen sastra Indonesia Universitas Negeri Malang. Selain menjadi dosen, beliau juga merupakan sekretaris jurusan. Ketika saya sudah lulus, beliau naik jabatan sebagai Wakil Dekan II di Fakultas Sastra UM.

Pak Roekhan seingat saya adalah dosen yang tidak pernah menampakkan muka masam, selalu rendah hati dan penuh senyum. Senyumnya teduh, menentramkan jiwa, membuat siapapun seakan betah berlama-lama dengannya. Jika pun sedang kesal, beliau hanya akan diam sambil pura-pura sibuk membaca. Sekesal-kesalnya Bapak, beliau tidak pernah memaki atau mengamuk yang bisa menyakitkan hati. Pembawaannya tetap tenang, tutur katanya pun tetap lembut. Dari sifat beliau ini saya belajar untuk selalu terkendali ketika siswa saya sedang kurang ajar. Bahkan saya sudah berprinsip tidak akan pernah membentak.

Beliau adalah tipe dosen yang tidak akan mengangkat telepon atau membalas SMS mahasiswa, namun Bapak selalu mudah ditemui. Selalu datang dan pulang tepat waktu sehingga semua orang hafal jadwal-jadwalnya. Jika pun akan dinas luar, Bapak pasti sudah memberitahu sebelumnya sehingga mahasiswa tidak susah payah mencari atau keletihan menunggunya hingga sore di kantor jurusan. Dari sini saya belajar lebih baik dari Pak Roekhan, yaitu sebisa mungkin membalas SMS atau mengangkat telepon siswa, juga mudah ditemui ketika mereka membutuhkan sesuatu.

Yang paling saya ingat adalah Pak Roekhan tidak pernah terlalu tinggi hati dengan gelar dan jabatannya, seolah beliau paham bahwa posisinya kini merupakan sebuah amanah, yaitu amanah untuk menjadikan mahasiswa lulus tepat waktu. Oleh karena itu, beliau selalu menjadi orang yang solutif dan tidak dramatik. Saya dulu adalah salah satu mahasiswa yang skripsinya mengalami kebuntuan. Seperti malaikat, Pak Roekhan segera memberi jalan keluar. Beliau mengajukan diri sebagai dosen pembimbing saya satu-satunya, menggantikan yang lama, meminta saya untuk segera membuat skripsi baru dengan topik yang benar-benar saya kuasai. Skripsi tersebut pun selesai begitu cepatnya dengan nilai A. Beliau juga tak segan meminjami saya ponselnya untuk menghubungi dosen penguji menjelang sidang skripsi, saat itu saya sedang kehabisan pulsa. Saya terkesima, untuk orang selevel beliau, saya yakin Bapak mampu membeli Apple keluaran terbaru, namun beliau masih menggunakan ponsel jadul dan nyaris butut. Saya malu karena ponsel saya lebih bagus darinya, padahal saya bukan siapa-siapa.

Hal lain yang membuat saya begitu berterimakasih padanya adalah beliau mau mengambil alih tandatangan. Saat itu dosen pembimbing akademik saya sedang sulit ditemui padahal saya segera memerlukan tandangannya untuk berkas yudisium. Saya ceritakan masalah tersebut kepada Bapak, dengan cepat beliau mengambil berkas saya dan membubuhkan tandatangannya pada kolom dosen PA, kemudian tanpa banyak komentar beliau menyuruh saya segera keluar ruangan. Masalah pun selesai begitu saja. Dari sini saya belajar bahwa sebagai guru, sebisa mungkin saya harus memudahkan urusan siswa.


Pak Roekhan adalah pahlawan saya, sesosok role model yang paling saya idolai. Teladan baiknya betul-betul saya tiru ketika saya sudah bekerja sebagai guru. Saya memujanya tidak hanya untuk pemanis bibir. Beliau mengajari saya contoh kebaikan yang nyata, kebaikan tersebut saya tularkan kepada siswa saya, siswa saya pun bisa menduplikat kebaikan tersebut untuk orang lain, begitu seterusnya. Saya berdoa semoga kebaikan Pak Roekhan menjadi amal jariyah yang tiada habisnya.

4 komentar: