Jumat, 29 Maret 2013

MELUKIS SENYUM ANAK-ANAK DAERAH KONFLIK

Suatu hari, saya membaca kisah para prajurit Indobatt UNIFIL di media internet. Tulisan tersebut menceritakan seorang gadis lumpuh bernama Maryam di desa Dier Sirien, Lebanon yang sedang berulangtahun. Sekian banyak tentara yang bertugas di Lebanon dari berbagai negara, hanya pasukan Garuda yang bersedia datang ke rumah Maryam, menghadiahi gadis tersebut dengan kue dan lilin. Tentu saja hal tersebut menimbulkan haru tak terkira bagi keluarga Maryam. Cerita tersebut akhirnya menyebar dari mulut ke mulut, melambungkan citra positif Indonesia di mata rakyat Lebanon.
Peacekeeper Indobatt di Lebanon memang tak lagi hanya berperan sebagai penjaga perdamaian, namun mereka juga bertindak sebagai mediator kemanusiaan serta kebudayaan. Pada beberapa kesempatan penting, peacekeeper Indobatt selalu menampilkan Reog Ponorogo, wayang kulit, kuda lumping, serta tari-tarian tradisional Indonesia di hadapan rakyat Lebanon serta pejabat UNIFIL. Tentu hal ini menjadi sesuatu yang menarik dikembangkan untuk mengenalkan bahwa Indonesia mempunyai budaya yang patut diperhitungkan. Pada aspek kemanusiaan, sudah terbukti bahwa peacekeeper Indobatt adalah satu-satunya pasukan UNIFIL yang selalu menyentuh sisi tersebut secara langsung, utamanya pada anak-anak. Peacekeeper Indobatt selalu berusaha mengembalikan keceriaan anak-anak Lebanon dengan permainan-permainan khas Indonesia, seperti balap karung, memasukkan paku ke dalam botol, lomba kecepatan membawa sendok yang diisi kelereng, lalu membagi-bagikan boneka teddy. 
Anak-anak di daerah konflik memang mengalami trauma mendalam, oleh sebab itu mereka memerlukan dukungan moral positif untuk bisa kembali melukis senyum di wajah mereka. Dukungan moral positif tersebut tak harus berbentuk nasehat-nasehat dan ceramah yang membosankan. Anak-anak selalu lebih suka hal yang lebih menyenangkan. Dari wacana tersebut, hendaknya para peacekeeper bisa mengambil kesempatan untuk terus memasukkan unsur-unsur ke-Indonesia-an pada setiap kegiatan. Misalkan pada kegiatan mewarnai, para peacekeeper bisa menggunakan gambar-gambar bercorak alam atau budaya nusantara, sembari menjelaskan bahwa gambar tersebut adalah salah satu kekayaan Indonesia.  


Dongeng barangkali juga bisa menjadi materi yang menarik. Dongeng adalah cara ampuh untuk menumbuhkan human touch atau sentuhan manusiawi kepada anak. Menurut Kak Agam (2008:1), keberhasilan suatu dongeng tidak saja ditentukan oleh daya rangsang imajinatifnya, tapi juga kesadaran dan kemampuan pendongeng untuk menyajikannya secara menarik. Untuk itu, pendongeng dapat menggunakan berbagai alat bantu seperti boneka atau berbagai buku cerita sebagai sumber yang dapat dibaca sebelum mendongeng.
Tentu kita ingat dengan Pak Raden yang suka mendongeng sembari membuat ilustrasi. Hal itu bisa ditiru para peacekeeper untuk menyampaikan pesan-pesan dan semangat kepada anak-anak. Para peacekeeper juga bisa melakukan read aloud, yaitu mendongeng dengan membacakan sebuah buku kepada anak. Dengan cara seperti ini, maka akan terbangun keakraban, karena ada sentuhan atau kedekatan. Yang perlu diperhatikan dalam read aloud adalah mencari cerita yang happy ending agar anak-anak dapat terbiasa dengan sesuatu hal yang indah sehingga hidupnya akan mudah tersenyum. Dengan senyum maka waktu anak akan berkualitas sehingga mereka akan senang dan pengalaman yang menyenangkan sehingga di otak mereka akan terekam bahwa membaca itu seru dan hidup merupakan suatu hal yang tak perlu ditakuti. Peacekeeper bisa menanamkan ke benak anak-anak bahwa perang adalah sesuatu yang merugikan dan perdamaian dunia adalah sesuatu yang tak mustahil untuk diciptakan.
Dalam rangka  memperingati International Day of United Nations Peacekeepers pada tanggal 29 Mei, pasukan pemelihara perdamaian Indonesia harus selalu kreatif dan inovatif melukis senyum anak-anak daerah konflik. Mereka harus bertindak sebagai orangtua kedua dan sahabat karib. Anak-anak ibarat pohon yang akan terus tumbuh, untuk itulah doktrin perdamaian hendaknya ditanamkan lebih dini pada pikiran-pikiran yang masih lugu dan suci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar