Kamis, 06 November 2014

SI DIA MULAI KEPO SAMA KEMALUAN ANAK PEREMPUAN

Saya dilanda kaget pemirsa!


Kegiatan saya tiap selesai maghrib adalah membantu anak-anak komplek mengerjakan PR. Bukan ABG, tapi anak bau kencur yang masih duduk di kelas 2 SD. Nggak banyak sih, sejauh ini yang rajin datang cuma dua orang. Selain membantu mengerjakan PR, kadang saya juga ngasih materi bahasa Inggris, dan sedikit trik bagaimana mengerjakan soal Matematika dengan cepat. Saya juga selalu menyediakan cemilan enak dan minuman segar tiap mereka datang. Ini cara saya mengambil hati mereka. Lama-lama mereka tau kalo saya adalah cewek baik hati yang suka bagi-bagi makanan. Isi kulkas kini menjadi milik umum. Mereka bisa sesuka hati mengambil dan menghabiskannya.

Sisi positifnya, mereka jadi makin akrab sama saya. Misi membuat suasana belajar jadi fun dan enjoy telah berhasil. Saya tau mereka sudah lelah setengah hari tegang di sekolah, saya tak ingin bikin kepala mereka makin pecah kalau saya gaya ngajarnya kayak guru-guru di sekolah. Selesai belajar dan mengerjakan PR, saya selalu membebaskan mereka main laptop. Ya namanya masih kelas 2 SD, mempergunakan Google pun tentu masih tergagap-gagap. Masih suka panik sendiri jika ada sesuatu hal yang aneh sedikit saja muncul pada layar monitor. Tapi buat saya itu lucu, apalagi saya bisa menggiring mereka mencari informasi yang edukatif.

Lalu apa yang bikin saya pusing?

Ternyata kebaikan saya menimbulkan dampak sistemik yang tak terduga. Karena akrab, saya sudah dianggap kakak sendiri, tak ada lagi rasa takut atau malu untuk bertanya maupun meminta. Mereka pun mulai sadar bahwa Google mampu menjawab semua rasa penasaran mereka. Tapi hari ini ada permintaan yang bikin syok. Waktu itu mereka sedang bermain laptop yang telah tersambung modem. Bersiap-siap menuliskan sesuatu di kotak pencarian.


Si Dia: "Tante, saya mau nulis lagi yaa?"
Saya: "Mau cari info apa?"
Si Dia: "Kemaluan anak perempuan."



Jedeeerrrrrrr!

Dengan wajah yang sangaaaatttt polos mereka meminta izin untuk menulis 'kemaluan anak perempuan' di kotak pencarian Google. Lihatlah! Bahasanya pun juga masih sangat lugu. Dia menggunakan istilah 'kemaluan anak perempuan', bukan vagina atau *****k.

Ilmu parenting saya masih sangat cetek. Saya langsung berasa hilang akal dan reflek mengeluarkan suara keras tanda larangan. Mereka senyam-senyum sekaligus merajuk dengan ekspresi cengoh (karena saking lugunya). Rayuan mereka tak mempan! Saya malah mengancam menyita laptop daripada mengijinkan mereka melihat alat vital lawan jenis di penampang layar. Saya yakin, gambar-gambar yang keluar pastilah akan sangat horor. Mereka belum cukup umur untuk memahaminya: mengapa ada cairan putih kental meleleh di sekitar kemaluan anak perempuan yang mereka maksud.

Saya mulai sadar, jangan tertipu pada wajah cute mereka. Di balik muka innocent tersebut tersimpan rasa ingin tahu yang mulai menggunung soal lawan jenis. Ingat kan iklan sabun mandi dengan jargon 'AKU BUKAN ANAK KECIILLL...", saya rasa itu memang sangat tepat. Mereka mungkin belum mengalami mimpi basah, bahkan cuci tangan sendirian di dapur pun masih belum berani. Tapi ada satu poin yang saya dapatkan: saya ingat bahwa mereka berdua memang tidak punya saudara perempuan. Oh pantas saja jadi kepo :D

21 komentar:

  1. rasa keingintahuan anak memang jauh lebih tinggi dibanding rasa masa bodohnya, bukan hanya anak perempuan anak laki-lakipun demikian. Semakin dilarang, mereka bahkan semakin berontak. Tugas kita sebagai orang tua yang harus memberinya arahan. Itulah sebabnya dunia iptek dan perkembangannya, termasuk penggunaan alat komunikasi seperti gadget (hp, tablet, laptop dll) pada anak harus mendapat pendampingan penuh dari orangtua, supaya anak mengetahui batasan-batasan mana yang boleh dikonsumsi oleh anak dan mana pula yang belum bisa dinikmati olehnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. alih-alih marah/melarang, baiknya kata-kata apa yang harus segera kita ucapkan ya, mak? jadi ikutan horor saya.

      Hapus
    2. Masalahnya meskipun kita nemenin anak browsing gambar atau informasi lain, kadang ada juga iklan negatif yang tiba-tiba muncul dan si anak keburu penasaran, otomatis kita juga reflek melarang dengan bersuara keras, maklum kekhawatiran orangtua. Baru setelahnya kasih penjelasan.

      Hapus
    3. Mak Sri Wahyuni: biasanya orangtua malah nggak tahu-menahu soal beginian Mak, soalnya anak keseringan lebih terbuka sama orang lain.

      Hapus
    4. Si Emak: Iya, Mak. Waktu dia minta ijin buat nulis itu, saya langsung nervous abis. Jadi salah tingkah sendiri >,<

      Hapus
    5. Mak Elisa: Makasih Mak sarannya, coba besok-besok saya coba kasih penjelasan, abis kemarin saya keburu syok :D

      Hapus
  2. Waduh, bingung juga ngadepin situasi ini ya. Kalau aku sih biasanya sebelum melarang aku tanya dulu, apa alasan mereka ingin melihat sesuatu yang tidak boleh mereka lihat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mak yaa idenya :D Lain kali saya akan tanya dulu, nggak keburu langsung ngebentak >,<

      Hapus
  3. Bingung juga ya mak...
    Aku tunggu kata2 larangan yang oke nih mak...
    Biar kita ga sekedar mengatakan "Jangan", takutnya kan sekarang ini warnet ada dimana-mana mak...
    Ini kejadian sama ponakan saya, di tab-nya ada history yang ga senonoh, pas ditanya tau dari mana kayak gitu. Katanya dari warnet dajakin temen2nya... ckckck...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mak. Saya malah kepikiran pas pelajaran TIK jangan-jangan mereka juga mencuri-curi kesempatan memasukkan kata kunci itu. Wah, para guru TIK harus lebih waspada ini.

      Hapus
  4. jangan jagan anak anak sd yang kewarnet itu buka nya itu semua, OMG

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan-jangan Bapak betul. Arrgghhh, yak apa ki? Padahal mereka masih 8 tahun loo >,<

      Hapus
  5. huaaaaaa.....semoga aku bisa ngarahin --"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mak. Kayaknya kita harus lebih serius belajar parenting.

      Hapus
  6. Ih serem ya, emang anak2 kudu di awasi kalau sedang berinternet ria. Saya ja banyak punya ponakan yg tanggung, , usianya, 12-17 gitu. dan masa2 itu emang sedang memuncak rasa penasarannaya terhadap sesuatu... Untung mereka sering browsingan di rumah, dibannding ke warnet, jadi kita bisa mengawasi... Makasih sharingnya Jeng Mimi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahhhh, kalo usia 12-17 tahun sih emang masa paling kritis keponya, Mak :D

      Hapus
  7. Tadi saya sudah tulis panjanng e padam PLN,. Yang saya ketik ilang semua. Jadi ketik ulang lagi deh..

    Kejadian serupa juga pernah saya alami. Persis seperti yang dialami bunda Mimi di sini. Anak saya yang tertua yang kini duduk di bangku kelas 1 SD di kota Pontianak juga dulu begitu,. Bikin Jedderrr juga. Dia merengek rengek minta pinjam BB saya untuk liat Youtube. Video dari Youtubue. Awalnya sih saya liat dia memang liat video pesawat terbang, pesawat jet lainnya. Namun pernah saya pergoki kata kunci yang dia ketikkan itu :"Cewek Pempes", "cewek B*oL" dan lain sebagainya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Astaga, Bappaaakkkkk! Ini menyeramkan sekali >,<

      Hapus
  8. temanku yang seorang guru SD, dia mengajar kelas 3. suatu hari dia bercerita, kalo beberapa anak didiknya ada yang sudah paham betul arti bersetubuh, bercinta, bersenggama dan sejenisnya. ada pula yang polos menceritakan bahwa dia melihat ayah dan ibunya melakukan "itu". tapi ada juga yang dengan bangga memperlihatkan kemampuannya googling di internet hal hal yang porno itu...karena anak anak SD jaman sekarang sudah dibekali orang tuanya dengan gadget gadget cangih dan mahal. Maksud hati ortunya untuk mengawasi kegiatan anaknya, eh tak taunya si anak jauh lebih pintar, gadget nya dipake googling gambar maupun video tak layak untuk anak seusianya.

    suka parno sendiri sih...
    jadi mempersiapkan diri menghadapi hal hal yang seperti ini

    BalasHapus
  9. Wadoooohh! Gimana tuh ya nyikapin yg benernya?? Saya jadi inget saat seorang tiba2 jd seleb karena ukuran boobs n bokongnya luar biasa krn bantuan silikon, yg lalu jd bermasalah saat di penjara. Dan saat nonton beritanya, anak saya yg baru 3 tahun bertanya, "Mah, kenapa su** sama pan*** bisa meletus??". Hiks, anak2 nih, pertanyaannya bikin speechless!

    BalasHapus
  10. Anak cowok saya 8 tahun mbak...blkngan ini sering2 googling. Ekstra hati-hati nih...

    BalasHapus