Rabu, 08 April 2015

JANGAN ADA BAU KETEK DI ANTARA KITA

Apa ya istilah untuk orang yang selalu berkumpul? Pengumpul? Sosialer? Sosialis? Atau sosialita? Hihihi :D

sumber
Ya, saya adalah salah satu orang yang selalu dalam kumpulan. Entah itu kumpulan rekan kerja, kumpulan dengan siswa-siswi, atau kumpulan para istri. Nyaris setiap hari saya selalu terlibat dalam kumpulan. Saya bertemu banyak orang, dan terlibat dalam berbagai masalah di dalamnya. Di situlah saya terbentuk menjadi orang yang memerhatikan penampilan. Saya selalu memerhatikan baju apa yang selayaknya saya pakai, sepatu apa yang cocok, hingga warna lipstick apa yang matching. Saya tidak bisa cuek dengan itu semua, sebab yaahhh saya adalah bagian dari kumpulan, di mana selalu ada orang yang akan memandang cashing saya dari atas ke bawah. First impression orang kadang tercipta mulai dari bagaimana saya tampil rapi dan bersih. Satu jerawat yang muncul pun pasti akan menggiring orang berpikiran bahwa saya pemalas, malas cuci muka, meski padahal sebetulnya saya berjerawat karena sedang PMS.


Tak jarang demi penampilan terbaik tersebut orang jadi memburu barang-barang bagus yang kemungkinan besar berharga menengah ke atas. Saya sesekali juga seperti itu, meski saya juga masih kerap berburu barang di pasar-pasar tradisional dengan harga jauh lebih miring. Jika sudah melekat bagus di badan, orang takkan peduli itu barang dari mana. Misalnya saya pakai lipstick puluhan ribu atau ratusan ribu, namun jika ternyata warnanya serasi dengan kulit dan pakaian, orang takkan peduli itu lipstick merk apa, sebab mereka sudah melihat saya manis dengan warna tersebut. Jadi sebenarnya yang penting di sini bukan merk atau harga, tapi bagaimana cara saya membuat saya tampak classy meski dengan modal minimal.

Di samping pentingnya barang-barang tersebut, ada satu poin penting yang kadang tertinggal yaitu tentang masalah bau badan. Setiap orang pasti berkeringat, termasuk saya. Bau keringat orang pun beda-beda. Ada yang bau, cukup bau, agak bau, hingga bau banget. Tidak lucu jika saya sudah tampil cantik tapi menebarkan aroma tak sedap di lingkaran kumpulan saya. Makeup saya yang cantik tergeser bau ketek, baju saya yang rapi terlindas bau ketek, sepatu saya yang mengkilap terinjak bau ketek. Yap yap, bau ketek menghancurkan cashing yang sudah saya bangun. Bukankah kita juga sebal jika ada orang berbau badan nggak enak beredar di sekitar kita? Rasanya ingin buru-buru berlari ke gunung agar oksigen yang saya hirup bisa fresh lagi.

Saya tidak punya masalah bau badan serius, tapi saya pasti berkeringat karena aktivitas. Dari situlah saya suka nggembol wewangian ke mana-mana. Tentu dengan tujuan agar saya tidak menguarkan bau yang bisa mengganggu kenyamanan hidup orang lain. Cologne, body mist, EDT, EDP, atau apapun, yang penting saya harus selalu segar dan wangi. Image cantik atau pintar, atau image apapun yang ingin dibangun harus pula disokong oleh bau badan yang enak. Cantik tapi bau, nggak jadi terlihat cantik. Smart tapi bau, orang jadi lebih sibuk menutup hidungnya daripada mendengarkan penjelasan kita. Orang-orang dalam kumpulan saya bisa saja ada yang buta atau tuli, tapi selama mereka masih punya hidung yang sehat, maka saya wajib memberikan aroma yang baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar