Minggu, 12 April 2015

SELAMAT HARI BAWA BEKAL NASIONAL

sumber

Pagi-pagi nyimak timeline Twitter, mesem-mesem ketika ada postingan yang ngasih tahu bahwa hari ini, tiap tanggal 12 April, diperingati sebagai Hari Bawa Bekal Nasional. Karena tanggal 12 April jatuh pada hari Minggu di mana mayoritas semua instansi dan kantor libur, oke deh kita boleh merayakannya besok Senin aja.

Ngomong-ngomong soal bawa bekal, saya termasuk orang yang tidak pernah melakukannya. Ketika sekolah, Ibu lebih suka memberi saya banyak uang untuk beli makan di kantin daripada mbototin saya sekotak makanan dari rumah. Pada waktu kelas XII menjelang UN, dan saya harus pulang sore karena ada pendalaman, Ibu saya juga masih tetep melakukan ritual yang sama, padahal teman-teman sekelas saya bawa bekal semua. Saya pun ditanyai, "kok kamu nggak pernah bawa bekal?" Ya saya jawab saja, "ibuku sibuk" :D


sumber

Ketidakpernahan bawa bekal tersebut berlanjut hingga saya dewasa. Saya pun tidak pernah membekali suami saya makanan ketika berangkat kerja. Untung suami saya maklum banget kalau saya orangnya memang nggak suka sama yang ruwet, Ya, saya masih menganggap masak pagi-pagi demi sekotak bekal itu ribet. Saya pun akhirnya bisa memahami apa yang dirasakan Ibu saya waktu itu. Ketika sudah menjadi guru, dan saya berada di posisi yang memberi pendalaman hingga sore, saya pun tetap tidak pernah membawa bekal. Kalau tidak beli di warung depan sekolah, ya saya nebeng makan dan nyuwilin bekal guru-guru yang lain. Positifnya, saya bisa merasakan berbagai jenis menu karena hasil nebeng dan nyuwil itu :D Satu guru nyuwil satu sendok, kalau ada 15 guru berarti 15 sendok. Cukuplah untuk bikin kenyang gratisan. Eh :D

Tapi sebenernya, membawa bekal itu punya banyak keuntungan loooo.

1. Membuktikan bahwa kamu rajin
Membawa bekal berarti kamu harus bangun pagi-pagi. Kalau stok lauk dan sayur di kulkas habis, kamu harus rela menerjang dingin untuk beli bahan makanan di warung terdekat. Kalau saya, untuk shalat Subuh aja kadang masih kriyip-kriyip, apalagi jika harus dilanjutkan dengan acara pegang pisau buat ngiris cabe atau pegang sothil buat nggoreng tempe. Saya lebih milih kembali ke tempat tidur untuk ngeloni guling barang sejenak.

2. Membuktikan bahwa kamu bisa masak
Ketika kamu membawa bekal, teman-teman pasti ada saja yang mau nyicip. Contohnya saya. Di sinilah kemampuan masak akan teruji. Apakah masakanmu sudah memenuhi citarasa standard? Apakah keasinan? Kebanyakan santan? Atau terlalu pedas? Dan teman-temanmu pun akan berkomentar bahwa kamu sebetulnya adalah wanita idaman atau bukan.

3. Mendekatkan jarak
Acara makan bersama selalu memberikan suasana satu padu. Apalagi buat yang suka nyuwil makanan temannya, kayak saya. Kegiatan saling icip-icip bekal makanan bisa membuat hubungan dengan rekan makin intim layaknya keluarga sendiri. Saya dan rekan kerja yang dipisahkan jarak tiga meter karena beda posisi meja kerja, bisa berubah drastis lebih dekat saat saya nyuwil telur dadar dari kotak bekalnya. Lalu kita ngobrol, berkomentar dikit, lalu tertawa akrab. Hilanglah sudah jarak tiga meter tersebut.

Ada juga yang bilang bawa bekal itu bisa lebih ngirit daripada beli. Kalau menurut saya sih itu relatif yaa. Apabila masak bekalnya pakai lauk pauk yang mahal, tentu saja nggak jadi hemat. Di samping itu, banyak yang beranggapan bawa bekal itu lebih sehat dan bersih daripada beli. Bisa jadi sih, tapi kalau yang bawa bekal sudah jorok dari sononya ya nggak jadi sehat dong ya. Bagi saya, mau beli atau bawa bekal, yang penting rasa makanannya enak.

2 komentar:

  1. saya dulu anak bekal,,,sampai kuliah pun masih sering bawa bekal ^^
    baca tulisan mbak jadi kebayang aroma bekal buatan mama

    BalasHapus
  2. Meski dr dulu tak terbiasa membawa bekal. Tp anak2..sy n ayahnya sy biasakan membawa bekal. Meski sudah makan pagi d rmh

    BalasHapus