Kamis, 30 Juli 2015

BUKAN MAKSUD SAYA MEMBELA KEGIATAN MOS

MOS atau Masa Orientasi Siswa adalah kegiatan yang sangat dinanti-nanti, terutama bagi pengurus OSIS. Bagi mereka, MOS adalah hajatan besar di mana keeksisan mereka akan ditampilkan. Akan terkuak siapa kakak OSIS yang paling ganteng, paling cantik, paling galak, atau paling bijaksana.

Saya aktif di OSIS ketika masih SMP dan SMA, jadi ya tau banget perjalanan panjang menyiapkan MOS untuk menyambut adik-adik kami yang masih unyu. Pulang sore demi rapat ini, rapat itu, bikin proposal ini, revisi, lalu bikin proposal itu, hingga seluruh kegiatan mendapat acc Waka Kesiswaan dan Kepala Sekolah. Yap. MOS tidak serta merta ada begitu saja, namun memerlukan proses tak main-main untuk melaksanakannya.

sumber gambar

Kemudian...

Ketika hari MOS pun tiba. Saya memakai uniform OSIS kebangaan. Saya selalu berusaha baik hati, meski harus sesekali membentak. Bentakan cinta. Untuk mengarahkan pada kebaikan dan kedisiplinan. Kamu pasti tahu, tidak semua siswa berasal dari sekolah dengan kedisiplinan tinggi, bahkan selalu tidak ingat untuk mengenakan dasi. Jadi untuk menanamkan standard kedisiplinan di almamater baru mereka, untuk itulah diperlukan sedikit ketegasan. Mengapa saya sebut bentakan cinta? Ya karena kami sebetulnya nggak seriusan ngamuknya. Ayolah, masak kamu nggak tau, segala macam bentakan dan cacian pada adik-adik kelas sebenarnya sudah dikondisikan, alias settingan. Selain itu juga, sebelum masuk kelas, kami sudah dibekali data siapa-siapa saja siswa yang punya sakit, misalnya lemah jantung. Lagipula, pengurus MPK akan selalu mengawasi siapa pengurus OSIS yang bertindak di luar batas. Jadi, setelah jam sekolah bubar, pengurus OSIS yang bentak-bentak tadi akan dikumpulkan oleh pembina, dievaluasi, dan pengurus yang ketahuan melampaui batas akan gantian dihukum juga,

Lalu...

Soal kegiatan harus membawa macam-macam barang, saya tidak munafik jika memang ada sekolah-sekolah yang bertindak berlebihan. Menurut saya, seharusnya itu tanggungjawab besar pembina OSIS, Waka Kesiswaan, dan Kepala Sekolah sebagai penasehat. Sekolah yang melakukan hal-hal seperti itu saya yakin manajemen OSIS-nya masih belum bagus. Mungkin Waka Kesiswaan tidak pernah mendampingi mereka rapat sehingga proposal kegiatan menjadi tak terpantau secara detail. Jika perencanaan kegiatan terus didampingi, saya yakin apa yang dilaksanakan sebenarnya berniat ingin memberikan nilai positif.

Misalnya ketika siswa disuruh membuat tas dari kardus. Sebetulnya itu adalah penanaman mindset bahwa ketika ingin memiliki sesuatu tidak harus semuanya didapat dari membeli, tapi bisa juga dibuat sendiri. Lalu, ada pula yang selama MOS disuruh memakai tas kresek besar merah. Itu adalah penanaman bahwa sebenarnya yang diperlukan manusia adalah manfaatnya, bukan bentuk atau merknya. Juga ketika disuruh membawa apapun dalam bentuk teka-teki, percayalah bahwa sebenarnya itu merupakan latihan memecahkan masalah. Tapi kok barangnya susah dicari, mahal lagi? Di situlah siswa dilatih membuat keputusan, tetap berusaha mendapatkan barang tersebut bagaimanapun caranya, atau bersedia menghadap kakak OSIS dan berani jujur bahwa ia tidak mampu mendapatkan barang tersebut. 

Terus bagaimana soal hukuman lari keliling lapangan atau push up? Saya mau balik tanya, apakah dia disuruh push up 100 kali? Saya rasa tidak. Apakah mereka disuruh keliling lapangan 100 kali? Saya rasa juga tidak. OSIS tidak akan memberi hukuman tanpa sebab. Jika mereka melakukannya tanpa alasan, tolong siswa yang dihukum melapor pada pembina. Jika di sekolah saya, kakak OSIS tersebut mungkin malah akan dapat ganjaran 200 kali push up setelah jam pulang sekolah.

Yap. Ketika mereka mendapat kesulitan ketika MOS, di lain pihak mereka juga akan lebih mengenal dan bergotong-royong dengan teman-teman baru mereka. Jadi, desain MOS yang baik dan terlupakan tak lain tak bukan adalah hasil kerjasama kakak OSIS, MPK, pembina, waka kesiswaan, dan kepala sekolah. Jika salah satu dari mereka tidak peduli, maka yang terjadi adalah MOS yang penuh perploncoan dan tidak mendidik.

3 komentar:

  1. jadi mak mimi panitia MOS ya..ni dari sudut pandang kakk OSIS ya..ntar saya insya allah mau tulis dari sisi saya yg jadi murid barunya..

    BalasHapus
  2. saya juga aktif OSIS sama BEM HIMA Jurusan, tukang ngospek, tapi ya ngga galak-galak sih, santai aja kalo emang anak barunya gak bermasalah.. cmiw :D

    BalasHapus
  3. Kalau yang di tulis Mba Mimi ini saya setuju seratus persen... ada pengawasan dan kerjasama yang baik antar panitia dan pembina untuk menghasilkan kegiatan orientasi yang positif dan masuk akal. Tentang hukuman juga memang harusnya bertujuan agar disiplin, bukan nakutin dan bikin trauma.

    salam kenal Mba :)

    BalasHapus