Jumat, 07 Desember 2012

SEORANG DOSEN YANG JAHAT


Aku mempunyai seorang dosen, kebetulan beliau juga merupakan dosen pembimbing akademikku. Di kampus, bisa dibilang dia adalah dosen senior.

Pada suatu ketika, kelompok anak yang berada dalam perwalian beliau meminta tandatangan semacam surat dari fakultas. Kami menulis nama dan gelar beliau dengan benar, yaitu: Prof. Dr. (nama beliau), M. Pd. Tapi ternyata kami ditolak dengan alasan penulisan namanya tidak benar. Apanya yang kurang? Ternyata kami tidak menyertakan gelar haji. Akhirnya kami mengubah penulisan nama dan gelar sesuai permintaan beliau menjadi: Prof. Dr. H. (nama beliau), M. Pd.

Sungguh, aku langsung ngrasa mak kluthik mak keciprut gituuhh (-____-')

Aku sadar, beliau memang sangat senior, bisa dibilang profesornya para profesor di kampusku. Tentu saja, kemampuan beliau sudah tidak diragukan. Namun sayangnya, beliau tidak menggunakan ilmu padi.

Sebagai dosen pembimbing akademik, aku merasa dongkol setengah mati bersama beliau. Beliau adalah satu-satunya dosen yang nggak mau di-sms atau ditelepon jika kami ada perlu. Beliau bilang, hal kayak gitu adalah tindakan yang tidak sopan. Kami harus datang langsung ke kantor. Aku nggak habis pikir, datang tanpa janji dan konfirmasi dulu, apakah itu enak? Tak jarang kami harus menunggu berjam-jam hanya untuk menunggu kedatangan beliau di kantor. Sungguh, banyak waktu terbuang hanya untuk menghormatinya. Aku iri dengan teman-teman lain yang mempunyai dosen PA begitu gaul dan akrab layaknya teman, yang di sms atau ditelepon kapan saja selalu welcome.

Bukan hanya itu saja, beliau juga mengklaim dirinya adalah Jenderal. Merasa sudah punya pangkat tertinggi sebagai profesor. Pokoknya cempaling bangetlah.

Bukannya beliau nggak ada sisi baiknya. Ada kok. Beliau sering menasehati kami dengan wejangan-wejangan baik, juga membagi pengalaman-pengalaman yang bisa dijadikan pelajaran. Tapi entah mengapa, setiap kali beliau membuka mulut, yang ada adalah riya' dan kesombongan. Mungkin maksudnya ingin membuat kami termotivasi, tapi kami malah merasa mual tingkat dewa. Cerita-ceritanya selalu diulang, tentang sudah berapa kali beliau naik haji, tentang mobil apa yang beliau miliki, tentang ibadah-ibadah apa yang beliau lakukan, tentang merk baju dan arlojinya, juga tentang jabatan serta pangkatnya tersebut.

*sumpah, pengen banget njepret ni orang pakek ketapel burung rawwrrr* >:[

Di kelas, beliau cenderung menciptakan jarak yang begitu jauh dengan mahasiswa. Beliau selalu ingin mahasiswa tunduk pada aturan mainnya. Jaga image-nya sungguh terlalu sekali. Beliau juga tidak segan-segan mengkritik dan mempermalukan mahasiswa di depan umum. Sebagai orang yang berpendidikan, seharusnya beliau tahu bahwa menjaga nama baik seseorang itu sangat perlu, meskipun itu hanya seorang mahasiswa yang nggak punya gelar apa-apa. Apalagi sebagai haji, tentu beliau lebih paham tentang bab menutupi aib. Setiap orang mempunyai hak untuk dihargai dan dihormati, tapi beliau bersikap bak superpower. Jika ingin mengkritik dan mempermalukan seperti itu, harusnya tidak di depan umum, tapi berbicara secara privat. Sungguh, setiap kali berada di kelasnya, yang ada hanyalah tekanan batin. Rasanya seperti terintimidasi, kami takut berpendapat, sebab kami sering di-skak mad dengan sangat keras. Beliau seolah menerapkan prinsip: profesor akan selalu benar!

*modddyaaarrrrr kon!!!*

Sungguh rasanya patah hati sekali. Dulu aku sempat mengira beliau adalah orang yang bijak dan berkharisma. Ternyata beliau adalah pembunuh berdarah dingin. Aku jadi bertanya: untuk apa puluhan kali berhaji, jika ternyata gumpalan riya' njendol di otak dan hati beliau dengan sangat tebalnya? Untuk apa dia menjadi profesor jika kini yang ada hanyalah kesombongan yang begitu jelas? Ya Allah, apakah orang seperti ini nantinya juga akan masuk surga? Beliau sempurna menjalankan lima rukun Islam-Nya, tapi kok gitu?

Ada lagi contohnya. Sabtu malam lalu, aku datang ke kantor polisi, menemani adik kos melapor karena motornya baru saja hilang. Setelah dibuatkan laporan, kami disuruh masuk ke kantor reserse untuk diinterograsi sebentar. Bukannya diselidiki, tapi kami malah menonton drama antara atasan dan bawahan. Aku bisa langsung lihat, atasan tersebut memang saklek banget. Kata-katanya menunjukkan superioritas yang sangat tinggi. Melihat gayanyapun aku juga langsung mual. Atasan itu bentak-bentak aku dan adik kosku, memperlakukan kami seolah maling. Kemudian bawahan mengingatkan atasan dengan halus agar memperlakukan kami sewajarnya sebab kami adalah korban. Tapi ternyata atasan malah nyolot. Jan huufttt... (-____-')

Aku punya lagi satu contoh (tapi tolong jangan pernah ditiru). Aku punya seorang teman, kebetulan dia anak pejabat. Pada suatu ketika kami terlibat selisih perdebatan. Aku berusaha mengingatkan agar dia nggak terlalu bangga sama pacar dan orangtuanya. Aku sudah fair, minta maaf sebelumnya, eh gak taunya dia malah makin gila. Dia bilang: "kowe ki anake sopo?"

Gluddak! Yah, sekedar mengingatkan. Sumpah, nggak maksud menggurui. Di akhirat kelak, kita nggak akan ditanya kita ini anak siapa dan dari keturunan mana. Bisa jadi kita dari keturunan buruk atau tak terpandang, namun akhirnya kita mau berusaha keras hingga akhirnya menjadi pribadi mandiri yang baik. Lebih baik seperti itu, daripada punya keturunan baik tapi dipakai untuk mencela orang lain.

Di lain orang, aku juga pernah diajar dosen yang menurutku top banget. Beliau masih muda, sekitar 30 tahunanlah kira-kira. Beliau adalah doktor bahasa Inggris dari universitas terkemuka di Amerika. Tapi jangan harap kamu akan melihatnya berpenampilan rapi dan wangi. Tiap masuk kelas, beliau udaludul jeblas-jeblus gitu aja dengan sepatu butut, jaket kulit yang sudah pecah-pecah, rambut gondrong berminyak yang diikat dengan karet gelang warna kuning, serta hp butut banget. Kesan pertama adalah: TUKANG OJEK.

Akhirnyaaaaa, aku jadi bener-bener tahu apa itu riya' dan apa itu zuhud. Ilustrasinya sudah sangat nyata dan jelas di depan mata.

**********

Dalam hidup kita pasti adalah yang namanya bangga, pamer dan sombong. Munafik kalo kita nggak pernah bersikap seperti itu. Tapi semoga jangan sampai takabur dan lupa diri. Di atas langit masih ada langit :D

Aku pernah menuliskan sesuatu untuk sahabat baikku dalam sebuah video amatir:
Orang lain boleh menjadi MATAHARI, menjadi BULAN atau menjadi BINTANG, tapi kamu tetaplah menjadi BUMI, dicinta karena bersahaja, dihormati karena kerendahan hati.

Semua yang ada di dunia ini hanya titipan. Pangkat, jabatan, kekayaan, ilmu, semua adalah amanah yang akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Semoga semua hal tersebut menjadi timbangan berat untuk masuk surga, bukan sebagai timbangan berat untuk masuk neraka.

MARI MENJADI ORANG YANG LOW PROFILE HIGH PERFORMANCE \(^^,)/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar