Jawab: Menahan hawa nafsu.
Yep!
Di mana-mana, itulah jawaban yang paling banyak keluar. Puasa menjadi semacam rem paling pakem untuk menahan segala hawa nafsu duniawi. Muslim yang berpuasa tidak makan dan minum dari menjelang fajar hingga terbenam matahari, juga dilarang melakukan hubungan intim suami istri di sepanjang rentang waktu tersebut. Tak hanya itu, ketika Ramadhan, yang suka nggosip mendadak jadi pendiam, yang suka marah-marah menjadi lebih calmdown, yang suka su'udzon berubah sikap menjadi huznudzon.
Jelas, ketika bulan Ramadhan, kegiatan-kegiatan duniawi menjadi agak terpangkas, digantikan dengan aksi-aksi amal dan ibadah untuk meraup pahala berlimpah, sebab di bulan Ramadhan, Allah SWT memang lebih bermurah hati memberikan ganjaran, bahkan hingga sepuluh kali lipat dibanding bulan-bulan lain.
Ramadhan juga menjadi semacam perubahan habbit. Ketika Ramadhan, tahu tempe diganti menjadi daging dan ikan, air putih diganti dengan kolak dan es buah, pisang goreng diganti dengan puding manis. Puasa seharusnya menjadi sebuah moment untuk berhemat, mengingat kita hanya makan ketika sahur dan berbuka, namun faktanya tidak.
Ramadhan memang bulan istimewa, sajian makanan dan minuman pun ikut istimewa. Tak jarang demi menyajikan sesuatu yang istimewa tersebut, segenggam uang melayang begitu saja untuk sekedar membeli makanan dan minuman berbuka yang luar biasa dengan dalil 'ini kan bulan istimewa'. Akhirnya, di bulan Ramadhan yang seharusnya banyak 'menahan', malah menjadi ajang pemborosan habis-habisan.
Ketika bedug maghrib belum dipukul, kadang kita memang merasa sangat lapar. Kita menjadi lebih suka membayangkan makanan apa saja yang bisa disantap sebanyak-banyaknya untuk membalas dendam. Tak perlu berlebihan. Istimewa boleh, asal jangan sampai overdosis membeli atau membuat segala macam makanan berbuka untuk dihidangkan spesial di atas meja. Rasulullah pun hanya berbuka dengan tiga buah kurma, tidak dengan steak, bento, atau makanan mewah lainnya. Keinginan balas dendam di siang hari sebetulnya sudah otomatis sirna meski sebenarnya kita hanya meneguk secangkir teh. Keinginan dan imajinasi di siang hari untuk menyantap berbagai macam makanan ketika berbuka sebetulnya sudah lenyap begitu saja, namun kita sering mengabaikan hal tersebut karena nafsu kita sudah kembali 'on'.
Jadi jangan kaget kalau puasa yang seharusnya menjadi kegiatan diet alami berubah menjadi ajang penambahan berat badan secara signifikan. Itu tak lain karena nafsu berbuka yang melampaui batas.
![]() |
Courtesy: www.deliciousfood4u.com |
Itulah manusia, sesosok makhluk yang tak pernah mampu menahan hawa nafsu bahkan di bulan suci sekalipun. Barangkali memang benar kita bisa menahan nafsu makan, minum, dan amarah, tapi bagaimana dengan nafsu berbelanja?
Anda sendiri yang lebih tahu jawabannya :D
***
Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka Ramadhan Giveaway dipersembahkan oleh Zaira Al ameera, Thamrin City blok E7 No. 23 Jakarta Pusat
Hahaha.. nggak heran sih kalo ramadhan aku jadi malah nambah berat badan :p
BalasHapusSukses ya semoga menang GA
Gambar steak nya bikin ngiler nih... hehehe.. #lospokus#
BalasHapusWaa... Maafkan saya, tulisan saya hampir mirip dengan ini, tapi saya berani jamin kalau saya baru baca postingan ini setelah saya publish tulisan saya. Maafkan saya.. saya tidak bermaksud untuk sama... :(
BalasHapusHehehe, santai aja loh, Mbak :D
HapusYnag penting bisa ngramein GA :D
aiiihh....koq gue banget ya, puasa malah nambah berat badan wkwkwkkk...
BalasHapusWkwkwk samaan sama Mbak Uniek :)
BalasHapushalah mb Esti iso ae lho :p
Hapussaya ngiler liat gambarnya. hehe. terima kasih partisipasinya
BalasHapus