Generasi muda adalah bagian tak terpisahkan dari generasi
tua. Keduanya adalah darah daging yang tidak bisa diputus turunan dan warisan
gen-gennya. Generasi tua Indonesia sekarang bisa dibilang payah. Memang tidak
semuanya. Ibaratnya seperti majas sinekdok pars pro toto, sebagian untuk
keseluruhan. Satu salah, kena semuanya. Pemberitaan di media pun cukup
mempengaruhi opini masyarakat tentang kebobrokan generasi tua.
Masalah di Indonesia memang sangat kompleks dan ruwet. Sebab
musabab suatu hal tidak bisa diputuskan karena satu kejadian begitu saja. Tapi
semua pasti akan setuju jika anak baik lahir dan tumbuh dari keluarga yang
baik. Dari sinilah kita harus mulai berbicara serius tentang arti penting
sebuah keluarga.
“Perkembangan jiwa dan sosial anak kadang-kadang berlangsung kurang mantap akibat orangtua tidak berperan selayaknya. Naluri kasih sayang orangtua terhadap anaknya tidak dapat dimanifestasikan dengan menyediakan sandang, pangan, dan papan secukupnya. Anak-anak memerlukan perhatian dan pengertian supaya tumbuh menjadi anak yang matang dan dewasa.” (Depdikbud, 1993 : 12 ).
Orangtua yang pengangguran memang bisa menimbulkan dampak
tak menyenangkan bagi tumbuh kembang anak, namun orangtua yang bekerja dan
berlatar belakang pendidikan tinggi pun juga tak selamanya bisa menangani anak
dengan segala problema-problema yang dihadapinya, apalagi di jaman yang semakin
keras dan aneh ini. Akhirnya muncul begitu banyak larangan yang dibebankan pada
anak karena ketidakmampuan orangtua mengawasi mereka secara utuh. Satu sisi
baik, bisa mengerem hawa-hawa negatif
jaman, namun di sisi lain bisa pula timbul pengekangan inisiatif dan
kreatifitas secara tidak disadari.
Sepertinya ilmu parenting harus mulai menjadi perhatian
pemerintah. Parenting adalah ilmu yang mempelajari mengenai tingkah pola
seorang anak dan bagaimana orangtua seharusnya menyikapi. Pola asuh orangtua
kepada anak memang hak asasi masing-masing keluarga. Namun demi terciptanya
generasi muda Indonesia yang unggul dan bisa menjawab tantangan masa depan,
barangkali perlu dibentuk Menteri Pemberdayaan Orangtua. Memang terdengar nggak
biasa, namun faktanya menjadi orangtua juga perlu skill dan seni yang mumpuni,
tidak cukup hanya mengandalkan naluri dan intuisi.
Jika masalah orangtua sudah beres, maka nasib generasi muda
pun akan semakin mudah pula dibereskan. Anak-anak tinggal dipoles menjadi
sosok-sosok yang hebat. Hebat sendiri banyak macamnya. Manusia adalah makhluk
terbatas, sementara masa depan adalah hal yang tak terbatas. Who knows the
future? Ramalan tentang masa depan memang bisa diprediksi, tapi juga tidak
perlu memaksa anak-anak menjadi manusia serbabisa, sebab secara masuk akal pun
sudah tidak masuk akal.
Generasi muda hanya harus belajar siap. Siap yang bagaimana?
Tentu saja siap menghadapi tantangan-tantangan jaman, siap berkompetisi, siap
berinovasi, dan siap menjadi manusia yang berkualitas.
Lalu bagaimana caranya?
Jawabannya adalah fokus menggali.
Seperti yang sudah dikatakan di atas, manusia adalah makhluk
terbatas meski beberapa orang ditakdirkan lahir multi-talented. Tiap anak pasti
punya minat pada suatu bidang. Tidak mungkin, misalnya, dalam satu kelas semua
anak mempunyai minat dan passion yang sama. Jika ada sepuluh saja anak yang
menyukai minat berbeda mau serius fokus terhadap minatnya masing-masing
tersebut, hingga akhirnya mampu mencetak prestasi gemilang karena kefokusannya,
maka pihak sekolah bisa mendapat cukup banyak medali dan kemenangan. Jika kita
menghitung generasi muda Indonesia yang berjumlah puluhan juta, bayangkan
berapa banyak almari kaca yang diperlukan untuk menyimpan semua piala dan
medali yang dihasilkan tersebut.
Berangkat dari pemikiran tersebut, hal itu tidak akan
mungkin terjadi tanpa dukungan pemerintah pula. Pemerintah sebagai fasilitator
utama sekaligus sebagai penyedia dana terbesar pendidikan hendaknya juga
menyediakan sarana-sarana penunjang. Tidak hanya menyediakan, tapi juga
memeratakan, agar anak-anak dari pedalaman Sumatera hingga Papua mampu fokus
dan menggali minat-minat mereka secara lebih dalam. Kreatifitas dan kemandirian
pun akan semakin terbangun dalam diri masing-masing generasi muda. Jika sudah
kreatif dan mandiri, bangsa Indonesia pun akan bisa memimpin negerinya sendiri
secara lebih independen dan unggul.
Tak lengkap rasanya jika prestasi gemilang tak diikuti
dengan kesalehan. Di tengah etika dan moral Indonesia yang kini lemah, maka
kesalehan sosial harus hadir sama besarnya dengan kesalehan individu dengan
Tuhan-nya. Pelajaran-pelajaran masa kecil, seperti membuang sampah pada
tempatnya, tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain, membantu nenek
menyeberang jalan, bergotong royong membangun jembatan, atau menolong teman
yang jatuh dari sepeda, perlu diulas ulang pada jenjang sekolah yang lebih
tinggi, tentunya dengan contoh-contoh kejadian berbeda yang sesuai dengan
tingkat kedewasaan.
SOSOK DINO PATTI DJALAL
![]() |
sumber: wartaekonomi.co.id |
Dino
Patti Djalal merupakan salah seorang di antara sebelas tokoh yang menjadi
peserta Konvensi Capres Partai Demokrat. Dino dinilai sebagai sosok yang gantleman. Hal tersebut terbukti dari
langkah Dino yang mengajukan pengunduran diri dari jabatannya sebagai Duta
Besar RI untuk Amerika Serikat. Keputusan itu diambil Dino sejak dirinya resmi
menjadi peserta konvensi. Dia juga dianggap sosok
bersih. Buktinya, Dino menjadi satu-satunya peserta Konvensi Capres Partai
Demokrat dan yang pertama yang melaporkan rekening kampanyenya kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dino
mengaku tidak merasa khawatir jika elektabilitasnya rendah karena ia jarang
road show keliling Indonesia. Bagi Dino, hal terpenting adalah masyarakat Indonesia memahami gagasan 'Nasionalisme
Unggul 4521' yang diusungnya. Nasionalisme Unggul 4521 adalah suatu
semangat, etos hidup, karakter bangsa, sekaligus resep sukses yang dapat
membuat bangsa Indonesia melesat menjadi raksasa Asia. Di abad 21, merdeka saja
tidak cukup, berdaulat saja tidak cukup, kita harus unggul di dalam, unggul di
luar. Semangat 45, Unggul Abad 21.
Dino
mempunyai enam jurus sakti yang diyakininya bisa membuat Indonesia lebih
unggul. Pertama, nasionalisme unggul. Menurut Dino, seluruh rakyat tentu cinta
Indonesia dan mempunyai nasionalisme. Cara terbaik mendedikasikan diri adalah
memberikan konsep pembangunan untuk Indonesia. Indonesia kaya akan semangat,
tapi miskin dalam konsep
Kedua,
internasionalisme unggul. Dino berpendapat kekayaan Indonesia tidak terletak
hanya pada sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM). Dunia juga
bagian dari kekayaan yang harus diperah. Kita harus lihat dunia bukan sebagai
ancaman, tapi lahan dan peluag. Menurutnya, bangsa yang bisa merangkul dan
meraih dunia bakal menjadi pemenang. Yang paling penting adalah harus jauhi
sikap anti asing. Sikap anti asing bisa jadi racun untuk jadikan Indonesia
unggul.
Ketiga,
meritokrasi. Dino menjelaskan, meritokrasi adalah sistem yang mengacu pada
kemampuan individu. Dia berharap meritokrasi dapat menjadi agenda besar 5-10
tahun mendatang. Menurutnya, demokrasi dan meritokrasi harus disandingkan pada
pemilu 2014.
Keempat,
regulasi pintar. Dino mengatakan, nasib bangsa saat ini dapat diubah melalui
regulasi yang baik. Pasalnya, ratusan regulasi yang ada saat ini menyumbat
produktivitas Indonesia. Meskipun dia mengakui ada juga regulasi yang baik dan
tepat.
Kelima,
pendidikan dan inovasi. Dino menyatakan, sejarah membuktikan bahwa pendidikan
dan inovasi dapat menjadikan sebuah negara unggul. Presiden 2014 nanti harus
jadi presiden pendidikan dan inovasi. Sistem pendidikan harus lebih
diperhatikan.
Keenam,
leadership (kepemimpinan). Menurut
Dino, kepemimpinan merupakan kunci bagi terwujudnya Indonesia unggul. Dino
ingin melihat anak-anak muda yang idealis, reformasi maju, dan mau ambil risiko.
Dino
memang punya gairah terbesar dalam urusan pemuda. Sejak 2008, ia telah
mendirikan Innovative Leaders Forum
untuk mempromosikan kepemimpinan inovatif dari semua sektor masyarakat
Indonesia. Forum telah mengadakan serangkaian seminar publik yang muncul
menampilkan pemimpin dalam bidang: tata pemerintahan daerah, pendidikan,
pekerja perdamaian, kesehatan, reformasi birokrasi, kewirausahaan, Islam
moderat, dan perubahan iklim.
Selain
mengedepankan etika dalam berpolitik, Dino dinilai sebagai tokoh muda yang
berintegritas dan cerdas. Dino masuk sebagai 500 tokoh muslim yang paling
berpengaruh di dunia versi Royal
Islamic Strategic Studies Centre di
Jordania. Dino juga penggagas modernisator yang ingin bangsa ini baik level ke
bangsa yang maju dan disegani di Asia.
Dino
menikah dengan Rosa Rai Djalal, dan mereka diberkati dengan tiga anak: Alexa,
Keanu dan Chloe. Rosa adalah seorang dokter gigi, lulusan Universitas Indonesia
dan dilatih di Columbia University. Dia juga menjalankan sebuah sekolah dasar
yang memberikan pendidikan, bebas biaya, kepada anak-anak dari keluarga miskin
di Cilegon, Jawa Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar