Senin, 06 April 2015

CARA SAYA MENGHINDARI PERANG KOMENTAR

Media sosial, utamanya Facebook. memang sudah jadi primadona dalam berinteraksi di dunia maya. Di dalam Facebook kita bisa bebas bercerita, bertukar berita, bergosip, bahkan menghujat. Facebook bisa menjadi ruang yang sangat menyenangkan, tapi bisa mendadak berubah jadi neraka jika kita tidak pintar bertutur tulis. Yes! Di era internet 'YOU ARE WHAT YOU WRITE' menjadi lebih penting daripada seloka ajining rogo soko busono :D

Bermedia sosial adalah hak semua orang, tapi bertutur tulis yang baik adalah kewajiban semua orang juga. Di lingkaran jejaring istri-istri tentara, saya rasa semua sudah paham dengan etika-etika tersebut. Tapi ya namanya juga manusia, beda kepala beda watak. Masih sering saya mendapati tingkah-tingkah yang tidak mengenakkan untuk disimak. Rasanya tidak nyaman sekali kalau harus crash dengan rekan sendiri, baik karena hal disengaja maupun tidak.

Sumber


Lalu bagaimana menyikapinya?

Pertama, kalau saya sih tidak mau terlalu eksis di lingkaran tersebut. Bicara seperlunya saja. Meskipun itu akunmu dan terserah kamu mau ngapain, tapi di friendlistmu banyak rekan-rekanmu. Remember, tidak semua orang amanah menjaga rahasia dan cerita-ceritamu, apalagi dunia tentara ini sangat sempit. Jarum jam rumahmu yang mati saja seolah bisa langsung tersebar ke seluruh Indonesia raya. Jika ada yang seru, lebih baik nyimak saja, jangan menulis satu huruf pun pada kolom komentar.

Kedua, kalau saya sih menjaga diri untuk tidak terpengaruh. Kadang memang ada postingan atau komentar yang sangat menyebalkan. Tetap kontrol emosi. Sekali lagi, jangan menulis satu huruf pun pada kolom komentar. Kalau perlu segera logout. Jikapun ada informasi yang bermanfaat, saya lebih suka tetap duduk di kursi penonton saja.

Ketiga, kalau saya sih memilih untuk berinteraksi dengan yang benar-benar kenal. Yaa, namanya juga media sosial. Orang lain kadang terlalu sok tau untuk menilai diri kita kayak apa, padahal ketemu saja tidak pernah, Daripada menimbulkan fitnah dan dugaan-dugaan jelek, mending saya chatting sama tetangga sendiri, yang pastinya jauh lebih tahu kebiasaan dan karakter saya sehari-hari. Bercakap dengan orang lain yang tidak kenal sih tetap jalan, tapi sangat minimal.

Keempat, kalau saya sih meminimalkan mengupdate status yang menyulut keributan. Semakin nyeleneh akan semakin riuh hingga seluruh negeri, Sudah menjadi rahasia umum kalau orang lebih suka mengomentari sesuatu yang kontroversial daripada mengomentari artikel-artikel keagamaan. Saya tidak suka itu, Jika perlu yaa tidak perlu update status. Bagi saya Facebook hanya sebagai penanda kalau saya ada dan hidup. Kisah-kisah emosional lebih suka saya tuangkan pada catatan pribadi di ponsel. Jika perlu diceritakan, saya lebih suka menuangkannya dalam blog :D

Intinya sih stay calm, keep silent, and do something useful ^_^

2 komentar:

  1. Bersosmed memang perlu bijak ya. Karena sudah area publik. Lebih baik off dr sosmed kalau lg marah :)

    BalasHapus
  2. Dan yang paling penting adalah biasakan untuk tabayyun terlebih dahulu setiap menerima berita atau informasi, guna menghindari salah persepsi. :)

    BalasHapus