Sabtu, 19 Desember 2015

TRIK MEMBERI SAMBUTAN BAGI PEMBICARA PEMULA

Public speaking atau keterampilan berbicara di depan umum merupakan aktivitas yang tidak semua orang bisa. Dalam pelajaran bahasa Indonesia, aspek berbicara merupakan salah satu bidang tersulit bagi siswa. Jika sudah sampai pada kompetensi berbicara, rasanya saya ingin nabokin siwa sekelas karena mereka mendadak jadi malu-malu manja. Ketika disuruh berbicara lima menit saja di depan kelas, bagi mereka sama kayak seribu tahun di neraka. Blank, gugup, salah tingkah, dan keringetan akhirnya campur aduk jadi satu. Tidak ada kata-kata yang keluar, cuma ang eng ang eng nggak jelas. Padahal berbicara merupakan bidang pelajaran bahasa Indonesia yang kelak paling banyak menghasilkan uang selain keterampilan menulis.

Tak cuma siswa, public speaking bagi orang dewasa pun jika tak kalah bikin gentarnya. Contohnya ketika mendadak disuruh ngasih sambutan, pasti langsung mati-matian mengelak dan meminta orang lain saja melakukannya. Itulah bukti-bukti nyata bahwa public speaking sebenarnya bukan perkara mudah. Harus terus dilatih, baik lewat cara aktif di organisasi, maupun nekad mengembangkan rasa percaya diri secara otodidak.


BAGAIMANA TRIK MEMBERI SAMBUTAN BAGI PEMBICARA PEMULA?


Bagi yang nggak expert atau jarang-jarang ngomong di depan umum, ternyata ada cara mudah menjadi pembicara. Jadi ketika diminta ngomong dadakan, kita bisa siap sedia tanpa harus banyak alasan untuk menolak.

1. SAMPAIKAN PENGALAMAN PRIBADI


Ketika diminta memberi sambutan atau amanat singkat, tentu panitia sudah mikir bahwa kita adalah orang yang memang kompeten ditunjuk sebagai pembicara. Panitia tidak mungkin menunjuk orang secara asal-asalan, setidaknya mereka pasti melihat latar belakang, status sosial, maupun status pendidikan kita. Jika bingung mau ngomong apa, sampaikan saja pengalaman-pengalaman pribadi yang sekiranya menarik untuk dibagi kepada audiens. Pendengar akan selalu lebih senang mendengar kidah-kisah nyata daripada ide-ide besar, bisa-bisa malah dianggap mimpi dan bualan. Menyampaikan pengalaman pribadi merupakan langkah aman sebab kita tidak akan salah, sebab apa yang kita ungkapkan adalah kejadian yang sudah kita alami dan tidak mengada-ada. Hal ini penting sebab rasa takut salah tersebutlah yang membuat orang tidak percaya diri. Sampaikan pengalaman tersebut dengan sederhana dan rendah hati, sebab tantangan terbesar ketika berbagi pengalaman pribadi adalah secara tak sengaja menampakkan kesombongan. Bagaimana cara rendah hati? Tertawakan kebodohan kita di masa lalu.

2. MENJABARKAN QUOTES ATAU KATA-KATA MUTIARA


Jika tak punya pengalaman berharga, maka trik lain yang bisa dipakai adalah memaparkan quotes maupun kata-kata mutiara yang relevan dengan tema acara. Misalnya kita ambil quotes terkenal dari Buya Hamka yang berbunyi: "Jika hidup sekadar hidup, maka babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, maka kera juga bekerja". Quotes tersebut bisa dijadikan ide pokok untuk berbicara. Dari quotes tersebur kita bisa berbicara tentang kerja keras, tanggungjawab, maupun inovasi-inovasi untuk membuat hidup lebih berharga. Selipkan pula intermezzo dan humor-humor kecil agar audiens tidak terkantuk-terkantuk. Tidak perlu pula lama-lama ngomong, yang penting inti bisa ditangkap dengan mudah. Jika konteks public speaking adalah cuma memberi sambutan, panitia yang baik adalah panitia yang hanya memberi waktu lima hingga sepuluh menit bicara.

3. PAST, PRESENT, CONTINUOUS


Jika masih kesulitan menjabarkan quotes atau kata-kata mutiara, maka langkah selanjutnya yang bisa jadi pilihan adalah trik past, present, continuous (masa lalu, sekarang, masa depan). Artinya, kita cukup menyampaikan tentang past, yaitu bagaimana cerita kita bisa sampai di acara tersebut, bagaimana acara tersebut bisa terselenggara, atau bagaimana kita bisa ditunjuk memberi sambutan. Selanjutnya adalah present, yaitu menyampaikan apa yang ada dan terlihat pada saat itu, misalnya siapa saja yang hadir, tema acara, maupun fakta unik. Terakhir adalah continuous, di sini kita menyampaikan tentang harapan-harapan apa yang ingin dicapai dari acara tersebut. Jika ditulis, berarti semuanya hanya tiga paragraf singkat.




13 komentar:

  1. waktu sekolah saya seperti kebanyakan murid lainnya mbak, takut dan susah ngomong di depan orang banyak *tapi sekarang juga ding* hehe
    terkadang meyampaikan pengalaman pribadi takut terkesan sombong, oho ternyata salah satu trik rendah hati dengan menertawakan kebodohan masa lalu tooh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, iya Mbak. Biasanya sebagai pemula kita belibet dan kata-katanya nggak sistematis. Soal menertawakan diri sendiri sebenernya itu berlaku di semua aspek kok. Daripada menertawakan orang lain, nanti malah bikin tersinggung :D

      Hapus
  2. Merinding ih. Belum juga sampai di atas panggung kaki dah lemes. Hihiiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap betul. Apalagi kalo ngasih sambutannya dadakan dan di depan orang penting pula :D

      Hapus
  3. sekarang sudah terbiasa...awalnya harus pakai teks.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo saya biasanya pake kerangka pidato aja mbak :D nggak sempet nulis banyak :D

      Hapus
  4. saya kadang suka grogi maunya ke toilet mulu heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Grogi itu manusiawi kok, Mbak. Bahkan katanya itu bagus, membuktikan bahwa kita sebagai menusia memang tak pernah sempurna :D

      Hapus
  5. Sampai sekarang pun aku masih kesulitan bicara formal mak, pikiraN jd blank, antara otak dan mulut jd ga sinkron

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, bicara formal dan sistematis itu masih menjadi kesulitan besar buat saya juga, suka keselip kata-kata gaul dan istilah-istilah kedaerahan :D

      Hapus
  6. Duh, seringnya saya malah belepotan kalau bicara di depan umum. Baik formal maupun non formal. Hhehehe

    BalasHapus
  7. waktu masih sekolah dulu saya suka keringat dingin dan gemetaran kalo disuruh maju ke depan untuk pidato Mbak, sekarang sih mudah-mudahan sudah berkurang rasa groginya :)

    BalasHapus
  8. aku masih ngga pede bicara di depan orang banyak. Apalagi di atas panggung. Tapi karena tuntutan usia yang sudah tua, mau nga mau harus mau...

    BalasHapus